Postingan

Menampilkan postingan dengan label kisah

KATANYA AKU TAK AKAN BAHAGIA

Gambar
Aku tidak bahagia, katanya dan dia duduk bertopang tangan ke dagu, rambut panjangnya yang digelung ke belakang, alis matanya seperti luruh di tarik perasaan yang selalu dia sembunyikan. Mengapa dia tidak bahagia, dia bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya. "Aku tidak bahagia karena aku selalu hidup dan mengejar orang yang aku cintai, aku tidak melihat kepada orang yang mencintaiku". Dan aku mendengarkannya sambil mencatat: Orang tidak akan berbahagia ketika dia berusaha hidup dengan orang yang sangat dia cintai? Dua kali kucoret kata "sangat" setiap kalimat ada sintaksis, tapi Aku selalu mendramatisir cerita. Aku hanya berharap dia lupa mengatakan "sangat mencintai Aku batuk sebentar, lalu mencoba menatap wajahnya agar nampak serius "Kamu tidak bahagia karena "selalu" mengejar orang yang kamu cintai itu bagus, kamu mencoba sebisamu mencapai keinginan. Tetapi tentu saja harganya mahal dan juga melukai perasaan" Dan aku mencoba menarik s...

KISAH BUTIRAN WAKTU 2

Gambar
Malam dingin menyelimuti dusun dikaki gunung. Angin bagai membeku diselimuti embun, disebuah gubuk nampak cahaya berkelip kelip dari tungku masak, seorang ibu muda yang sedang hamil terdengar membujuk anak prempuannya yang sedang kelaparan. "Ade sabar ya sayang, ibu sedang masak" katanya "Tapi kok lama sekali masaknya, ade sudah lapar sekali" rengek anak prempuan berwajah manis semanis ibunya itu. "Ya makanya ade tidur dulu, nanti kalau ayah pulang, kita makan bersama" bujuknya sambil mengusap kepala kecil berambut ikal yang sedang terbaring lemah dilantai kayu beralas pelastik kusam. Anak prempuan itu tersenyum manis membayangkan akan makan bersama kalau ayahnya nanti sudah pulang. Sesungguhnya sejak dari tadi berkali kali dia membuka jendela dan memandang cemas keluar. Diluar sana, diujung jalan setapak hanya gelap dan waktu merambat menuju penghujung malam. Entah mengapa tidak seperti biasanya suaminya pulang terlambat setelah bekerja sebagai buruh kebu...

Waktu Yang berdetak (bagian pertama)

Gambar
BAGIAN I: KELUARGA DI DESA Dimasa penghujung masa remajaku saat masih berusia 19 tahunan, aku hidup disebuah desa yang terletak ditepi sungai gaung, sebuah desa dengan gambaran kritis; air tawar berwarna cokelat teh mengalir dari hilir ke hulu untuk menaikan pasang dan sebaliknya jika sudah sampai kehulu akan kembali mengalir kehilir dan air sungai akan menjadi surut, ketika surut nampak lumpur berwarna abu abu keputih putihan diantara tanaman bakung terapung yang kandas diatasnya, perahu perahu yasng tertambat miring dan kandas dantara batang batang yang sengaja di sorong ketengah oleh penduduk yang suka mendirikan rumah ditepiannya. Setiap rumah memiliki pelantar yang berfungsi sebagai dermaga untuk menambatkan perahu perahu mereka. Aku melewati setiap musim, membantu orangtuaku bertani dan melintasi sungai menuju ke kebun kebun kelapa dengan mendayung atau mengayuh perahu, jika musim panas pasang surut air menjadi ekstrem, sungai seolah kering, tidak mudah melewati anak anak sungain...