Postingan

Menampilkan postingan dengan label cerbung

Aku pernah hidup separoh hati (bagian kelima)

Gambar
PADA DESEMBER YANG KELABU. "Wardi kamu tau berita terbaru?" tanya Hartini seraya duduk disampingku diteras mess dilantai dua memandang pas dimana warung kakaknya Ros berdiri dibawahnya. Aku menggelengkan kepala menoleh kepadanya, "berita terbaru apa ya?" tanyaku ingin tahu. "Perhatikan warung itu tutup, kamu tidak perhatikan wajah Bayu yang muram dan tidak menyapa siapapun seperti biasanya?" tanyanya. Aku menggelengkan kepala lagi. "Ros hamil" katanya setengah berbisik. Mataku terbelalak. "Bukan sama Bayu, tapi sama abang iparnya yang suami kakaknya itu" katanya. "satpam itu?" Hartini mengangguk dan pergi karena dipanggil oleh kakaknya dari dalam ruangan mess. Dan aku terkejut mendengar itu. Tak berapa lama Hartini muncul lagi sambil mengenakan pakaian seragam kerja elektroniknya. "Itu prahara," kataku kepadanya. "Lalu bagaimana selanjutnya?" Hartini menyentuh pundakku dengan lembut, seperti biasa dia meman...

Aku pernah hidup hanya separoh hati (bagian keempat)

Gambar
Antara aku dan Sana  Tempat itu seolah berada di bibir tebing, tetapi sebenarnya hanya diketinggian bukit yang sedikit curam. Dan aku dan sana duduk berhadapan di sebuah meja kecil di sebuah restro yang agaknya memang sengaja dibangun disana. Tadinya dia mengajak saudara sepupunya tapi kemudian kami berpisah tempat makan, saudaranya itu suka makanan laut, Sana lebih suka makanan pedas. Aku tidak mengatakan bahwa aku tidak kuat makanan pedas pedas itu ikan Gurami bakar kesukaanku tapi dengan sambal pesanan Sana yang luarbiasa pedasnya. Sana makan sambil merunduk melihat ke buku komik manga yang selalu dia bawa dan tiba tiba mendekatkan wajah kewajahku yang juga sedang menunduk sambil menyendok makanan ke mulut. "Di kamu menangis...hi hi hi.." godanya "Apakah gerangan yang kamu sedihkan? Teringat si Dia yang jauh dimatakah?" "Hhh, Aku tidak menangis, aku sedang makan sambal pesananmu yang luarbiasa kayak apa ini" kelitku. "Tapi kulihat airmatamu...ciee...

Aku pernah hidup hanya separoh hati (bagian ketiga)

Gambar
ROSTIANTI dan BAYU Ros adalah seorang gadis dari suku melayu, aku sangat mengenali ciri cirinya: Berkulit putih dengan logat melayu dari kepulauan Riau, rambut panjang bergelombang hitam legam hampir menyentuh bagian bawah punggungnya. Alisnya seperti bulan sabit telungkup dengan mata bulat. Beda dengan Hartini berkulit putih rambut hitam lurus dan bermata sedikit agak sipit. Namun keduanya memiliki daya tarik tersendiri. Aku bukan seorang yang mudah tertarik pada cewek, sebut saja aku datang kemari karena sudah bertunangan. Jika aku suka mendengar suara suara itu karena aku memang suka mengamati segala hal diam diam. Aku bisa saja berjam jam duduk hanya untuk mengamati anak anak kucing dan anjing yang lucu lucu karena terhibur oleh mereka. Adakalanya jika aku sedang sendirian aku mendengar Hartini bicara bahasa melayu bangka bercampur dengan bahasa Cina kek. Atau aku mendengar bahasa melayu dari Ros dan kakaknya yang berbadan gempal saat sedang membicarakan sesuatu. Mereka semua telah...

Aku pernah hidup hanya separoh hati (bagian kedua)

Gambar
Kuli bangunan Bersama saudara sepupuku kami menunggu "bos" datang, jelas dia membutuhkan kami. Dia adalah pemilik pekerjaan jasa borongan membangun perumahan. Hanya sebagai pemborong yang telah diberi kepercayaan untuk mewujudkan bangunan bangunan perumahan, ruko hingga rumah pribadi. Selanjutnya kami diberi sebuah tempat tinggal dengan bangunan kayu bertingkat 2 yang dibawahnya berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan kerja dan alat alat pertukangan. Kami disediakan kamar dilantai dua sekaligus sebagai lantai teratas bangunan itu. Tidak terlalu kokoh tapi sudah sangat lumayan buat kami menumpang berteduh dan tidur ketimbang menjadi seperti gelendangan. Tiga hari disini aku sudah melihat gelendangan dan orang gila di beberapa pasar dan jalanan. Hari berikutnya adalah bekerja, ya membangun satu rumah mewah. Aku jadi lebih mengerti bahan bangunan lebih daripada sebelumnya, ada batako, semen, dan keramik. Karena dikampung masih umum orang membangun rumah dari bahan kayu. Aku...

Aku pernah hidup hanya separoh hati (bagian pertama)

Gambar
Batam Island 1999 Bau lumpur bercampur aroma anyir kerang saat pertama aku mendarat di Pulau ini. Angin seolah memaksanya berjejal dihidung. Kami datang menggunakan perahu bermotor yang berlabuh dipantai kotor berlumpur hitam bernama Tanjung Uma. Ketika itu air laut sedang surut. ilustrasi Kami datang berempat, hubungan kami semua adalah sudara sepupu, tiga laki laki termasuk aku dan seorang prempuan yang masih belum berumur 16 tahun. Yang masih kuingat dengan jelas adalah senja mulai turun di tanjung Uma pulau Batam, bayang bayang memanjang dari pelantar dan demaga kayu yang berdiri diatas lumpur, tongkat tongkatnya hitam dan posturnya yang tua tampak begitu rapuh. Benar, ketika kami berempat menaiki tangga kayu itu terasa goyah. Nona satu satunya cewek diantara kami nampak ketakutan menaikinya saudaraku yang berada dibawahnya membantunya naik. Diatas tidak kalah memprihatinkan, papan lantainya disusun jarang jarang sehingga lumpur dibawahnya nampak berkilau diterpa cahaya ma...