PADA DESEMBER YANG KELABU.
"Wardi kamu tau berita terbaru?" tanya Hartini seraya duduk disampingku diteras mess dilantai dua memandang pas dimana warung kakaknya Ros berdiri dibawahnya.
Aku menggelengkan kepala menoleh kepadanya, "berita terbaru apa ya?" tanyaku ingin tahu.
"Perhatikan warung itu tutup, kamu tidak perhatikan wajah Bayu yang muram dan tidak menyapa siapapun seperti biasanya?" tanyanya.
Aku menggelengkan kepala lagi.
"Ros hamil" katanya setengah berbisik.
Mataku terbelalak.
"Bukan sama Bayu, tapi sama abang iparnya yang suami kakaknya itu" katanya.
"satpam itu?"
Hartini mengangguk dan pergi karena dipanggil oleh kakaknya dari dalam ruangan mess. Dan aku terkejut mendengar itu. Tak berapa lama Hartini muncul lagi sambil mengenakan pakaian seragam kerja elektroniknya.
"Itu prahara," kataku kepadanya. "Lalu bagaimana selanjutnya?"
Hartini menyentuh pundakku dengan lembut, seperti biasa dia memang selalu lembut kepadaku.
"Aku juga ingin tahu, sayang." katanya mengedipkan sebelah matanya "Tapi aku harus pergi bekerja hidup kita harus dilanjutkan. Tapi jadi cowok jangan terlalu banyak omong ya...biarkan aku melihat apa yang aku selalu suka darimu"
Dan dia memperbaiki tasnya, ketika itu dibawah sana cowoknya telah menunggu sambil menghidupkan klakson moyornya yang melengking nyaring. Dia juga mengacungkan lambaian tangan gaya toss kepadaku aku membalasnya sambil tersenyum lebar.
Akhirnya aku tahu ketika Bayu tanpa sepengatahuan kami telah pergi meninggalkan mess, kamarnya yang kosong segera menjadi tempat tidurku. Selama ini bayu selalu serius jika bercerita tentang kehidupan. Malam terasa hangat dengan kopi hangat dan asap rokoknya. Aku kehilangan seorang teman yang hampir mirip diriku sendiri, penyendiri, namun Bayu memiliki karakter yang kuat dan nyaris mempengaruhiku.
Kakaknya Ros telah pergi dan pulang ke kampung halamannya meninggalkan suaminya sedangkan Ross akan menikah dengan abang iparnya, aku rasa lebih karena harus menutup aib. Aku berfikir tidak ingin tahu lagi cerita selanjutnya. Hidup terkadang begitu liar dan tidak dapat diprediksi.
Malamnya aku di ajak Afu kesebuah tempat remang remang dipinggir danau yang akhirnya ku ketahui sebagai sebuah kafe. Kami masuk dan aku melihat lampu warna warni berpendar pendar diiringi musik disko.
🎶"Api asmara yang dahulu pernah membara, bagai hangatnya ciuman cinta pertama...🎶
Serasa kembali jiwa mudaku, karena tersentuh alunan....🎶
Dan seorang prempuan muda berpakaian minim menari saat aku melewatinya mengangkat tinggi kedua tangannya hingga terlihat kedua ketiaknya yang putih. Aroma wangi bercampur pahit dan aroma asap rokok terhidu oleh hidungku.
Aku agak tersentak ketika Afu menarik tangan kiriku. Dihadapan kami ada sebuah meja yang hanya diduduki oleh satu orang, Bayu! Matanya yang tajam tampak memerah dihadapannya ada sebotol whisky dan selusin kaleng kosong classberg, Afu duduk duluan dan lalu aku menyusul.
"kamu mau minum apa?" tanya Afu kepadaku.
"coca cola saja" kataku
"Ayolah, minum bir saja, sedikit tidak akan mabuk kok, oke?" kata Afu sambil memandangku dengan ekspresi membujuk.
(bersambung)