Aku telah berhenti jatuh cinta sebelum bertemu kamu kembali. Dan tampaknya itu benar. Kamu bukanlah orang asing, dan kamu sebenarnya, pernah begitu dekat denganku, sebagai seorang sahabat. Ketika sebagai seorang remaja sampai setamat sekolah SMA aku harus pergi ke luar kampung mengingat ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan aku melanjutkan pendidikan hingga ke bangku kuliah, aku memang bertemu Nisye, Ratna dan Dila. Mereka semua memutuskan untuk pergi meninggalkan aku karena hidupku yang belum mapan.Aku pernah pamit kepadamu, hanya kepadamu karena ku pikir hanya kamu sahabatku.
Walaupun kamu hanya seorang gadis, adik kelasku. Tapi sikapmu yang lebih dewasa dan tegas membuat aku mempercayaimu melebihi teman teman sesama cowok.
Tahun pertama aku sampai di negeri seberang, Malaysia. Dan aku mendapatkan berbagai jenis pekerjaan keras. Aku pernah menaiki gedung lantai 80 dan bekerja di sana diantara angin yang berhembus keras, merasa gamang di ketinggian lantai gedung segamang masa depanku.
Tahun kedua aku berhasil pindah bekerja dekat sebuah kilang elektronik dan mendapatkan pekerjaan yang lebih mudah. Tahun demi tahun berlalu, dan aku pernah bertekat akan mencari gadis mancanegara untuk kunikahi dan akan kubawa pulang ke kampung halaman jika kelak aku telah sukses. Tetapi semua itu hanya berada di dalam anganku sampai akhirnya aku kembali ke Indonesia, aku di terima bekerja di salah satu cabang perusahaan Malaysia di sebuah kota yang jauh dari kampung halaman.
Aku mulai berfikir untuk membangun usahaku sendiri. Dan kota ini menjadi harapanku. Kota yang di kelilingi laut dan selat, permai dan sedang berkembang. Aku mulai menanamkan impian untuk masa depanku.
Di sanalah aku bertemu kamu, sepulang bekerja di jalan yang basah dan kelabu di bulan Desember, kamu sedang membuka payungmu menunggu jemputan di teras sebuah restoran. Aku hampir tidak mengenalmu. Namun karena panasaran aku mendekati gadis berbaju hitam dengan rambut panjang hingga ke pinggang, lebih kurus daripada masa lalu.
"Maria?" seruku.
Mulanya kamu menoleh. Lalu matamu terbeliak:
"Pata???" balasmu sambil membalikkan seluruh tubuhmu.
Kita saling mendekat. Matamu bersinar gembira tanpa sadar memegang lenganku dengan tangan kananmu sementara tangan kiri masih memegang payung. Aku mengambil payungmu.
"Ini aku, Ya Tuhan sudah berapa lama kamu di kota ini?" tanyaku
Senyumanmu bertambah lebar, tampak sekali kegembiraan yang tidak dapat kamu sembunyikan.
"Aku sudah disini selama 7 bulan, kamu apa kabarmu? Mengapa tidak pernah menelponku? Kamu sudah melupakan aku" serumu.
Aku membeĺalakan mata ke wajahmu yang semakin cantik, namun harus segera menunduk ke layar ponsel karena disana ada notifikasi. Beberapa orang yang berteduh tampak tidak menghiraukan kita, sibuk dengan gadget masing masing.
"Maafkan aku. Bukan tidak mau menelpon...tapi.."
Kamu melepaskan tanganmu. Aku merasa bersalah, sungguh menemuimu disini adalah sebuah kegembiraan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Kamu terlihat semakin dewasa dan mempesona. Perasaan hatiku begitu nyaman pada saat bertemu dan berada di dekatmu.
Lalu dengan terburu buru kamu mencoba mencairkan suasana.
"Oke lupakan saja, aku bekerja di perusahaan elektronik...Aku tinggal di kompleks x..." kamu memberikan alamatmu. "Kamu tinggal dimana?"
"Aku tinggal di mess perusahaan" aku menjelaskan. "Aku bekerja di perusahaan milik Malaysia dan baru satu bulan di kirim kemari"
"Bolehkah aku ke tempatmu?" tanyaku.
"Mengapa tidak? kapan kamu mau datang?" kamu balik bertanya
"Aku ingin ikut kamu pulang, hanya sampai di depan pintu saja" pintaku.
Matamu membelalak: "Kamu serius?" tanyamu
Aku mengguk sambil memeriksa pesanan GO-CAR yang sejak tadi telah ku kirim melalui aplikasi Go-Car. Kamu mendekatkan kepalamu melihat ke layar iPhoneku. Bau wangi rambutmu terhidu hidungku karena di terpa angin berlawanan. Aroma masa remaja itu belum berobah.
"Kamu memesan Go-Car" katamu
Aku mengangguk.
"Dan telah ku tulis alamat tempat tinggalmu." kataku.
Kamu tertawa: "Pataaa...kamu tidak pernah berubah sejak dulu. Selalu mendahuluiku,"
Aku tersenyum.
"Aku tidak pernah berubah. Hanya saja aku tidak menelponmu" kataku
Kamu mencibir. Kita mulai akrab lagi. Menunggu Go-Car tidak menjadi masalah. Waktu berdetak dan membeku bersama irama yang bergemiricik.Namun begitu cair oleh senyumanmu yang indah
Singkat cerita Go-Car tiba setalah beberapa saat menelponku. Dan kenderaan toyota Rush itu tepat berada di depan kita berdua . Aku membimbingmu masuk. Kita duduk di belakang dan kenderaan meluncur menembus hujan yang mulai deras.
Di dalam kenderaan mengalun lagu lama yang dilantunkan oleh pasangan Jason Marz dan Colby Cailat....Lucky I am in love with my best friend.
***
Itulah awal aku bertemu kamu Maria, dan setelah 2 bulan berlalu tidak kusangka Kamu menerima permintaanku dari persahabatan sebagai seorang kekasih. Padahal telah berpisah sekian lama. Terpisah oleh lautan dan batas negara.
Kamu bercanda dengan berkata kepada ku dalam bahasa Inggris:
"Lucky I am in love with my best friend....Lucky will be coming home again"
Kita berdua tertawa:
"Jason Marz" seruku.
"Colbie Cailat!" balasku.
Dan kamu mengklik remote, ruangan rumah kita terdengar lagu:
Lalu kamu duduk di sampingku dan mengelus cincin tanda pertunangan kita beberapa bulan yang lalu. Hubungan kita direstui oleh kedua orang tua dengan penuh sukacita.
"Kita menyeberangi lautan, dan pulang ke kampung kembali halaman tercinta dan kita bertemu kembali" katamu lirih.
"ya, " sahutku sambil merengkuh bahunya, "setelah Kamu dan aku dewasa seperti sèkarang"
Matamu nampak berkaca kaca. Mata dengan tatapan bahagia. Semua kegagalanku dan juga kegagalanmu di masa lalu terbayar sudah...
Perhatian! Konten ini di tulis dalam mode HTML. Tanpa format yang tepat meng-copy konten ini sebagian atau secara keseluruhan bisa berakibat kerusakan halaman..